Blog ini membantu kita dalam mengartikan kebenaran akan Firman Tuhan.

Jika Ingin Melihat Kerajaan Allah

Jika Ingin Melihat Kerajaan Allah

"Yoh. 3:1-21"

Pada waktu malam hari Nikodemus pergi kepada guru baru itu, yang sudah memulai sebuah pekerjaan di Israel. Mungkin di tengah jalan Nikodemus masih sangsi. Boleh jadi Dia berfikir sambil belajar, sambil berjalan, “Apakah baik kalau aku pergi menemui guru yang baru itu?” keraguan seperti itu tidaklah mengherankan, sebab si Nikodemus termasuk golongan orang-orang farisi dan dia adalah anggota mahkamah Yahudi. Nikodemus adalah seorang rabi paling atas di Israel, yang berarti seorang guru paling terhormat. Pada malam hari, Nikodemus yang terhormat itu berada dalam perjalanan menemui Yesus Kristus, guru yang baru itu.
Pada waktu itu semua orang-orang membicarakan guru yang baru itu tentang semua pengajaran-Nya. Akan tetapi, Yesus,  Guru yang baru itu bukan seorang rabi, Dia juga bukan seorang anggota dari Mahkamah Yahudi, dan Ia  tidak dihormati oleh kawan-kawan Nikodemus. Yang terjadi adalah semakin besar rasa hormat orang banyak kepada guru yang baru itu, maka semakin besar dendam orang-orang Farisi terhadap Dia. Oleh orang Farisi Ia dianggap sebagai seorang pembohong (Yoh. 7:45-52). Selain dari pada itu, mereka semua cemburu sebab begitu banyak orang-orang mengikuti Dia. Akan tetapi, ada sesuatu yang mengunggah di dalam diri Nikodemus yang berbeda dengan dendam dan kecemburuan. Karena Nikodemus yang sudah beberapa kali mendengarkan guru yang baru itu, sewaktu Ia mengajar di jalan atau di dalam Tempat Bait Suci pasti mendengar sesuatu yang dikatakan oleh orang lain tentang Dia. Dengan demikian hati Nikodemus tergugah oleh kegelisaan yang besar sebab ia bertanya dalam hatinya, “Apakah yang dikatakan teman-teman sekerjaku benar, bahwa Dia seorang pembohong?”
Masalah itulah yang sudah lama sekali dipikirkan Nikodemus. Akhirnya dia mengambil sebuah keputusan. Seorang diri Nikodemus pergi menemui guru yang baru itu. Dia ingin bercakap-cakap dengan Yesus secara pribadi. Tetapi mengapa Nikodemus pergi sendirian pada malam Hari? Barangkali Nikodemus senang berjumpa dengan Yesus seorang diri, bisa jadi Dia takut terhadap teman-temannya yang akan memarahi dia jika ia pergi kepada orang yang mereka anggap pembohong. Biar bagaimana pun Nikodemus tetap pergi.
Pada malam hari itu dia duduk dihadapan Tuhan. Ada cahaya sebuah terpancar dari sebuah lampu minyak. Dengan penuh ketakutan Nikodemus bertanya di dalam hatinya, “Siapakah guru baru ini?” dalam percakapannya dengan Yesus, Nikodemus, (Yoh.3:2) .
Dengan penuh perhatian di memandang Yesus, sambil berfikir apakah orang ini benar-benar diutus Allah? Apakah Allah benar-benar menyertai Dia? Karena Nikodemus benar-benar sangat ingin mengetahui-Nya, ia mencari kebenaran tentang guru yang baru ini.
Jawaban yang Yesus berikan mengejutkan Nikodemus. Sebab pada mulanya Yesus sama sekali tidak berbicara tentang diri-Nya. Tetapi, guru yang baru itu justru berbicara tentang sesuatu yang lain. (Yoh.3:3). Nikodemus pun heran, sebab ia dan orang Farisi pada waktu itu berpendapat bahwa mereka itu benar-benar menyembah Allah, karena di Israel orang-orang Farisi itulah yang sangat berusaha menggenapi hokum Taurat dengan saksama. Itulah sebabnya mereka menganggap dirinya sendiri sebagai orang yang benar-benar saleh, yang pasti akan diterima Allah. Nikodemus merasakan bahwa sekarang yang dibicarakan justru tentang dirinya sendiri. Hal itu tidak diperhitungkan Nikodemus karena hasratnya semula mencari tahu tentang guru baru itu saja. Yesus terus menyatakan kebenaran tentang Nikodemus, yakni bahwa dirinya seharusnya dilahirkan  kembali. Jika tidak maka Nikodemus yang merasa terhormat itu tidak akan melihat kerajaan Allah.
Jawaban itu sama sekali tidak dimengerti oleh Nikodemus, sebab ia menganggap dirinya benar-benar beriman dan saleh. Nikodemus belum mengetahui bahwa guru yang baru itu mengetahui apa yanga da dalam hati manusia termasuk dalam hatinya.  Dia juga mengetahui apa yang ada dalam hati kita. Oleh karena itu, Yesus berkata kepada Nikodemus dan kepada kita, “Engkau harus dilahirkan kembali.”
Sewaktu Nikodemus menyapa Yesus, ia memanggil-Nya hanya dengan rabi. Ia menganggap rabi yang baru itu sebagai seorang rekan sesame rabi. Ia belum menyadari bahwa guru yang baru itu lain dengan dirinya. Padahal pada malam itu, Nikodemus duduk dihadapan              (1 Ptr. 2:9). Ia duduk dihadapan kasih juruselamat dunia. Hal itu belum dapat diketahui Nikodemus. Sebba bukan hanya pada waktu “Malam Kudus” melainkan juga pada malam ketika Nikodemus datang menemui Yesus, Tuhan, (Flp. 2:7). Karena itu, Yesus bersedia untuk menyambut Nikodemus. Dengan cara demikian juga Tuhan bersedia untuk  mendengarkan kita, jika kita pun bertanya, siapakah Yesus Kristus itu?
Nikodemus sangat heran, ia tidak sanggup meneruskan percakapan itu, selain bertanya, “bagaimana mungkin itu terjadi?”
Sebelum pertanyaan itu diajukan Nikodemus, sebenarnya pertanyaan serupa sudah diajukan oleh Maria, ibu Yesus. Seorang malaikat menyatakan kepadanya, (Luk. 1:34). Dengan terharu dan heran, maria bertanya “(Luk. 1:34)”. Kepada maria tidak diberikan jawaban yang memuaskan akal budi manusia, tetapi kejadian ini terjadi: Roh Allah menciptakan suatu ciptaan yang baru. Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi? Satu-satunya hal yang dapat kita katakana dengan hati-hati ialah ciptaan yang baru dimulai pada Yesus Kristus. Dia yang adalah permulaan dari kerjaan Allah. Allah yang membuat hal yang ajaib itu. Oleh karena itulah kita bernyanyi pada hari Natal, (Ny. Roh. 39:4).
Akan tetapi, ciptaan yang dahulu tidak dibuang Allah. Allah memilih seorang manusia dari dunia yang dahulu, yakni Maria untuk menjadi Hamba-Nya. Mengapa Maria dipilih-Nya? Kita tidak mengetahuinya. Demikian juga kita tidak tahu mengapa lebih dahulu Abraham atau Daud yang dipilih-Nya menjadi hamba-hambaNya. Sekali-kali bukan karena mereka orang yang tidak berdosa. Sebab mereka juga berdosa, demikian pula Maria. Oleh karena itu, Paulus menulis bahwa “Allah mengutus anak-Nya sendiri dengan daging yang serupa dengan daging yang yang dikuasai dosa” untuk mengalahkan kekuasaan dari dosa itu. Allah sendiri yang membuat dilahirkan yang menang itu, (Ny. Roh. 45:1). Ya itulah: Ilahi dan manusia. Hal itu adalah keajaiban yang berasal dari Allah pada malam kudus itu.
Pada waktu malam yang lain itu Nikodemus duduk dihadapan keajaiban dari Allah itu, sebab ia duduk dihadapan Yesus Kristus, Anak Allah. Anak Allah itu berkata kepada Nikodemus, “Engkau harus dilahirkan kembali, dengkau harus berubah menjadi seorang yang baru.”

AMIN.
Share:

Virus Yang Disebabkan Oleh Sebuah Dosa



Virus Yang Disebabkan Oleh Sebuah Dosa
"Ibrani 4:16"

Takdir diri sendiri maupun takdir masyarakat, tak ada yang sanggup mengaturnya. Bagaimana mungkin manusia dengan congkaknya berani mengatakan bahwa dia menentukan nasib mereka sendiri, sementara menghindari virus yang tidak dapat dilihat menggunakan mikroskop canggih pun mereka tidak bisa melihatnya?

Virus hepatitis saja sudah cukup untuk merobohkan seluruh manusia. Bagaimana mungkin penduduk negara AS, dengan kekuatan militer, mempunyai harta berlimpah, dan persekutuan dengan masyarakat-masyarakat asing, bersikukuh bahwa mereka semua mampu mengendalikan nasib sendiri, sedangkan sejarah jelas-jelas membuktikan bahwa Allah-lah yang menetapkan arah seluruh umat manusia?

Amerika didirikan oleh sekelompok pemimpin yang mengakui kuasa doa, ketika pemerintahan sedang dalam proses pembentukan, Benjamin Franklin bilang kepada ketua konvensi UUD, dalam rapat di Philadelphia tahun 1787, “Saya telah hidup untuk waktu yang cukup lama,  Bapak ketua yang saya hormati, dan semakin lama saya hidup, semakin banyak bukti yang saya temukan tentang kebenaran yang taj terpungkiri ini: bahwa Allah mengatur segala urusan manusia. Dan jika seekor burung pipit tidak mungkin jatuh ke bumi tanpa seizing-Nya, maka sangat mungkin bahwa suatu kekaisaran tidak dapat berdiri tanpa campur tangan-Nya.”

Saat ini, dunia terhanyut oleh arus ganas sejarah yang berkecamuk lepas kendali. Hanya kuasa doa dari orang-orang yang takut akan Allah dan yang percaya pada Kristus yang mampu menahan arus peristiwa tersebut.

Abraham Licoln, pada masa Perang Saudara, berkata, “Berkali-kali, saya harus kembali berlutut karena kuatnya desakan masalah yang meyakinkan saya bahwa saya tidak dapat menemukan jalan keluar lain. Hikmat saya sendiri, dan segala yang saya miliki, tampaknya tidak cukup untuk menanggulangi masalah pada saat itu.” Andaikan para pemimpin kita dapat bersikap serendah hati itu saat ini!


Amin.



Share:

Hanya Bapa Yang Layak Kita Sembah Di Dunia Ini

Layak Kita Sembah
"MATIUS 14:33"
Yesus adalah Allah dalam sebuah rupa manusia dan inilah kebenarannya yang mendasari keselamatan kita. Hanya juru s'lamat yang ilahilah yang dapat mati sebagai korban penebusan sempurna bagi dosa-dosa kita. Hanya Tuhan yang dapat tahu bagaimana seharusnya kita hidup. Hanya Anak Allah saja yang sangat layak terima persembahan dan pelayanan kia.
Dia ialah Allah sejati dan manusia sejati. Dia berasal dari kekekalan hingga kekekalan. Yesus adalah sebuah Kabar Baik. Sebagai duta-Nya, kita harus percaya Dia secara total dan benar. Segala otoritas di sorga dan di bumi telah diberi kepada Dia (Mat. 28:18). Sistem di dunia ini tidak mengenal-Nya dan berada di bawah kekuasaan-kekuasaan Iblis (Ef. 2:2). Tetapi mereka yang didiami Yesus memiliki otoritas atas jahat. “Sebab Roh Kudus yang ada di dalam diri kamu, lebih besar dari pada Roh yang ada di bumi” (1 Yoh. 4:4).
Sekalipun kita semua memiliki sebuah keterbatasan dan kegagalan sebagai manusia, Tuhan sudah mengatur karya-karya penebusan-Nya dan kita semua bukan hanya dapat menerima kuasa-Nya di dalam kehidupan kita, (Rm. 8:37). Allah bisa mengubah semua tragedi menjadi sesuatu yang membawa sebuah kebaikan bagi kita dan kemuliaan-Nya. Karena Dia Tuhan, Dia memberikan kita atas semua dosa-dosa, melalui Roh Kudus-Nya, ketika kita berelasi setiap hari dengan-Nya. Dan dimasa-masa mendatang, Dia akan membawa kita untuk bersama-Nya (Ibr. 9:28). Karena Yesus adalah Allah dan kita mengakui Dia sebagai juru S'lamat dan Tuhan, maka Dia mencurahkan semua berkat dan pengharapan di dalam Dia kepada kita semua (Rm. 10:9).

Ya Allah Bapa kami, aku selalu mengakui Yesus adalah Tuhan yang hidup yang hidup didalam diri kita. Aku tahu Dia satu dengan Engkau dan memiliki sebuah akses akan kuasa-kuasa-Mu melalui Dia. Ajarlah aku untuk hidup sebagai seorang pemenang dan pemimpin orang-orang lain kepada-Mu, melalui Dia dan di dalam semua kuasa-Nya.
Amin.



Share:

Roh Tuhan Ada Pada-Nya

Roh Tuhan Ada Pada-Nya

"YESAYA 11:1-3a; LUKAS 2:8-20"

“Malam kudus, sunyi senyap!” Demikianlah lirik nyanyian yang senantiasa kita nyanyikan setiap merayakan kelahiran Yesus Kristus. Pada malam itu dikisahkan beberapa gembala menjaga kawanan domba di padang Efrata. Pada zaman itu gembala di anggap kaum yang tidak terhormat dan termasuk lapisan masyarakat yang rendah. Apakah pada malam itu mereka takut? Agaknya tidak!

Mereka sudah bias menghadapi binatang-binatang buas. Mereka tidak takut akan binatang itu. Sejak kecil mereka sudah biasa menghadapi bahaya serupa. Kita dapat menggambarkan bahwa mereka adalah gembala-gembala yang tabah, berani, dan sedikit sembrono. Apakah mereka juga orang yang beragama. Tetapi ada baiknya kita tidak berangan-angan soal kesalehan mereka. Yang pasti, para gembala pada malam kudus itu adalah orang yang beragama, berani dan yang tidak segera takut akan bahaya.

Pada malam yang kudus itu, tanpa disangka-sangka, tiba-tiba gembala-gembala itu sangat ketakutan. Apakah sebabnya? Menurut injil Lukas, alasannya adalah: sebab tiba-tiba berdirilah seorang malaikat di dekat mereka dan kemuliaan Allah bersinar meliputi mereka sehingga mereka sangat ketakutan. Hal yang serupa pun dialami Imam Zakaria. Sewaktu seorang malaikat tiba-tiba menghampirinya dalam bait suci untuk memberitahukan kelahiran Yohanes Pembaptis, maka imam itu pun terkejut dan menjadi takut (Luk. 1:12). Jadi, seorang yang dianggap saleh juga ketakutan pada saat itu.

Apakah yang ditakutkan para gembala dan imam Zakaria pada waktu itu? Mungkin gembala-gembala yang sembrono dan imam yang suci itu segera menginsafi bahwa ketika itu mereka sangat terancam. Kapan kita merasa terancam bila, misalnya, kelemahan kita atau bahkan kesalahan kita diketahui orang lain; sebab kita takut ditolak orang lain, atau dihukum. Kita merasa terancam karena kita takut diperhadapkan pada kekuatan yang lebih berkuasa dari diri kita dan mengancam kehidupan kita. Kita sama sekali tidak sanggup melenyapkan ancaman itu. Maka kita ketakutan. Pada dasarnya ketakutan itu selalu ada hubungannya dengan kesalahan, kelemahan, dan dosa. Itulah sebabnya baik Imam Zakaria yang mengabdi di bait suci maupun gembala-gembala yang agak berani itu tiba-tiba menginsafi ketidaksucian mereka di hadapan kekudusan dan kemuliaan Allah.

Namun, ada sesuatu yang mengherankan. Pertama sekali yang mereka dengar ialah, “Jangan Takut!” setelah gembala-gembala itu melihat dan mendengar semuanya, maka para laki-laki yang cukup saleh, berani, serta agak sembrono itupun berjalan menuju Betlehem. Lalu, apa yang mereka lihat disana? Mereka melihat seorang anak kecil, seorang bayi yang baru lahir, tidur dalam palungan. Sewaktu para gembala itu memandang anak itu tentu saja mereka tidak merasa takut. Sebab terhadap siapakah mereka takut ketika berada ditengah-tengah orang yang sederhana itu? Para gembala itu tidak takut lagi! Yusuf dan Maria juga tidak takut. Tidak seorang pun yang takut.

Apakah benar bahwa pada saat itu tidak ada seorang pun dalam kandang di Betlehem itu yang tidak takut? Tidak, tidak 100% benar. Sebab pasti ada satu atau dua ornag yang takut. Atau barangkali lebih tepat jika kita katakana nanti ketika anak kecil itu dewasa, Dia akan takut. Hal ini sesuai dengan isi kitab Suci kalau kita katakana bahwa Dialah yang takut, dalam kandang pada malam kudus itu. Siapakah yang benar-benar takut disana?

Yang merasa takut ditengah-tengah orang yang sederhana itu ialah anak yang baru lahir, “Anak kecil, Anak kudus, Tuhanku, Penebus, Kristus anak Daud.” Dialah yang benar-benar takut pada saat itu. Dengan penuh keheranan, barangkali kita akan bertanya lagi, mana mungkin? Mana mungkin anak kecil itu takut? Apakah kekuatan-Nya serupa dengan para gembala-gembala itu takut karena ketidaksucian, kesalahan, dan dosa mereka, sewaktu mereka dihadapkan dengan kemuliaan Tuhan. Maka mereka merasa terancam.

Apakah ketakutan anak kecil itu sama seperti ketakutan Iman Zakaria, seorang suci yang mengabdi di bait Allah? Tidak! Tentu saja tidak! Di hadapan malaikat Allah, Iman Zakaria terkejut oleh karena ketidaksuciannya yang sekonyong-konyong terbuka dihadapan kekudusan Allah. Zakaria juga merasa terancam. Jadi, apakah artinya rasa takut pada diri anak kecil dalam kandang di Betlehem itu?

Kira-kira 700 tahun sebelum kelahiran anak kecil di Betlehem itu, seorang nabi bernubuat tentang dirinya:  “Roh Tuhan aka nada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan Tuhan; ya, kesenangannya ialah takut akan Tuhan.” Oleh karena itu, ia tidak takut seperti gembala-gembala itu dan seperti Imam Zakaria yang takut akan Tuhan, karena kelemahan-kelemahan, dan kesalahan serta dosa mereka.

Mereka merasa terancam oleh kehadiran kemuliaan Allah. Berbeda sekali dengan anak dalam palungan di Betlehem itu. Ketakutan anak kecil itu ada hubungannya dengan roh Allah. Kata Nabi Yesaya, “Pada anak itu ada Roh Allah.” Sehingga, oleh karena Roh Allah itu, seumur hidupnya dia akan memperhatikan kehendak dan firman Tuhan. Dia akan membalas Kasih Allah.

AMIN.

Share:

Kasih Karunia Tuhan Tetap Menyertai Orang Yang Percaya



Kasih Karunia Tuhan Tetap Menyertai Orang Yang Percaya

Wahyu 22:6-12
Di Kitab wahyu tertulis sekitar tahun 94 waktu pemerintahan seorang Kaisar Romawi, Domitianus. Kaisar ini mulai melancarkan penghambatan terhadap pertumbuhan umat Kristen, ia berusaha menghasut semua masyarakan agar tetap bersikap antipasti dan dibunuh karena menyaksikan nama Tuhan Yesus serta tidak mau murtad dari imannya.
Dalam seperti inilah firman Allah disampaikan kepada semua umat Kristen untuk menghibur, dan menguatkan iman mereka dalam menghadapi semua kenyataan hidup selamanya. Didalam ayat 12 disebutkan, “Sesungguhnya Aku akan datang segera dan Aku akan membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada semua orang menurut perbuatannya.” Hal ini mengingatkan pastinya kedatangan Tuhan Yesus. Sebelumnya pada ayat 11 berbunyi, “Barangsiapa yang cemar, biarlah Dia terus-menerus cemar, dan barangsiapa yang benar biarlah Dia terus-menerus berbuat kebenaran, barangsiapa yang kudus, biarlah Dia terus menguduskan dirinya.”
Pada Kitab wahyu secara berulang-ulang mengingatkan supaya orang yang percaya kepada Kristus melihat akan kemenangan yang sudah pasti dan sangat terjamin di dalam kematian dan kebangkitan-Nya (bnd 12:10-12 dst.). Sang penebus Kristus bagi orang percaya itu tidak berarti akhir dari semua pekerjaan kita ataupun stopnya hal-hal yang tidak kita inginkan. Bukan demikian! Kita hidup dalam dunia yang nyata. Banyak sekali terjadi masalah. Orang yang setia dalam iman juga sering tidak populer bahkan akan dihambat seperti pada zaman Kaisar Domitianus. Sekarang pun kita sering menemui pengalaman yang serupa dalam versi dan bobot berbeda-beda. Sepuluh rumah ibadah dibakar di Surabaya pada peristiwa 9 juni 1996, 24 gereja dirusak dan dibakar, bahkan ada 5 orang Kristen, termasuk seorang pendeta dan isterinya, meninggal di Situbundo dan sekitarnya di jawa Timur tanggal 23 oktober 1996. Begitu juga peristiwa 25 Desember 1996 di Tasikmalaya dan banyak peristiwa lain sebelumnya. Peristiwa itu dilakukan oleh mereka yang tidak bertanggung jawab dan mau mendorong kesatuan serta persatuan bangsa serta Pancasila dan UUD 1945. Sebagai umat Kristen kita merasa prihatin! Apakah Tuhan tidak melihat penderitaan umat-Nya Tentu tidak demikian! Sejarah hitam berulang terjadi.
Kita berdoa untuk semua korban yang menderita dan berdoa bagi semua pelaku beserta otak pelakunya agar Tuhan mengubah hati mereka menjadi lembut dan berbelas kasihan serta ikhlas mengampuni nama Tuhan dengan kebenaran. Kita juga dengan ikhlas mengampuni mereka dalam iman. Tetapi wajar juga kita bertanya kepada Tuhan: masih panjangkah sejarah penderitaan umat-Mu di dunia ini? Ya Tuhan, datanglah dengan segera!
Dengan penebusan Tuhan Yesus sebagai orang percaya kita telah diselamatkan-Nya dari cengkeraman Iblis dan dosa. Pengampunan dosa telah diberikan bagi semua orang yang dating kepada-Nya. Namun perang antara terang dan gelap terus berlangsung. Terang terpancar dari dalam diri orang yang telah menerima penebusan Kristus, dan yang telah menjadikan-Nya sebagai matahari kehidupannya.
Dalam sejarah awal kekristenan pada abad pertama sampai kedua terdapat satu periode sejarah yang berhubungan dengan kesulitan dan penderitaan orang Kristen. Tetapi dalam situasi itu orang Kristen juga memperlihatkan jati—dirinya yang setia kepada Tuhan Yesus. Jelas ada risikonya menjadi orang Kristen yang setia. Namun, pada saat yang susah itu juga terasa semakin jelas apa artinya hidup beriman, setia dan selalu berjaga-jaga, yang berbeda dengan hidup yang sekadar ikut-ikutan, santai, munafik.
Minggu-minggu Adven sebelum Natal memperlihatkan ada-nya hubungan yang tak terpisahkan antara sikap berjaga-jaga dengan makna kelahiran Yesus. Perayaan-perayaan Natal bukan sekedar pesta dekoratif dan makan-minum, melainkan masalah hubungan pribadi dengan Tuhan. Kita berjaga-jaga, mengadakan refleksi terhadap diri untuk menyongsong kedatangan Tuhan Yesus atau sebaliknya kita tidak berjaga-jaga, tidak bersiap dan lalai (bnd. Mat. 25:1-13). Ada juga sebagian orang Kristen yang menggeser persiapan itu kepada hal lain sehingga mereka kurang jeli melihat pentingnya kewaspadaan terhadap diri sendiri.
Mungkin juga mudah bagi kita untuk menghitung apa saja yang telah kita lakukan dan selanjutnya kita merasa puas serta menyenangkan diri. Bukankah kita cenderung tidak memikirkan apa saja yang belum kita lakukan, yang sepatutnya sudah kita lakukan, misalnya tentang ketekunan berdoa, pelayanan diakonat gereja, fungsi kenabian. Apakah kita tanggap terhadap masalah hubungan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat majemuk bangsa kita? Bagaimana pula dengan solidaritas kita dengan mereka yang tertindas, miskin dan menderita? Bila kita tanggap, apakah kita sudah rela menjadi terang atau lilin yang kecil namun tetap menyala dan memancarkan terangnya ditengah-tengah masyarakat? Sebagai orang Kristen dan gereja kita tidak bias menutup mata terhadap kejahatan dan ketidakadilan didunia ini. Jati diri orang Kristen adalah menjadi terang dan garam bagi sekitarnya.
Dalam ayat 7 dikatakan, “Sesungguhnya Aku dating segera.” Kedatangan Tuhan ada hubungannya dengan persiapan kita, karena bila Tuhan tidak dating maka tidak perlu kita berjaga-jaga. Sebagai pertanyaan, apakah pada zaman ini banyak orang Kristen tidak serius dalam iman dan tidak berjaga-jaga justru karena menganggap Tuhan itu tidak dating? Diantara kedatangan Tuhan yang pertama dengan jedatangan-Nya kembali di situlah kita sekarang hidup dan diminta untuk berjaga-jaga serta melakukan firman-Nya.

Dalam Kitab Injil Yesus mengatakan kepada orang Yahudi.
“dari buahnya kamu akan mengenal mereka” (bnd. Mat. 7:15-23).
Hal ini berarti bahwa perkataan dan perbuatan kita harus
menyatu dan menyejarah dalam diri kita. Amin.
Share:

Change language

Penting Untuk Dibaca!!

Blog ini membahas tentang bagaimana kehidupan di Agama Kristen. Artikel-Artikelnya di buat dengan sangat sederhana dan jelas jika anda tidak memahami artikel yanga ada di dalam blog ini, anda tidak akan mengerti apa yang dimaksud artikel di dalam blog ini.

Terima Kasih Telah Berkunjung!
Jangan Lupa Like And Share Ya :)